Berkaca Pada Maskot Indonesia
Berkaca
pada maskot Indonesia “Bhineka Tunggal
Ika : Berbeda-beda tetap satu jua”, Fakta atau Bulsyit ?
1. Perbedaan, indah atau pemicu
kerusuhan???
Sekarang
ane pengin nulis, menceritakan pemikiran yang sudah ane tahan-tahan, tapi
sekarang ane dah gak tahan lagi, pengin muntah. Yups,
hari ini ane ngarasa kurang kerjaan (padahal laporan praktikum aja blm selesai
d garap.. heheheh), setelah tiba-tiba kuliah dikosongkan karena dosen gak
datang *gak niat ngajar kalek gara-gara diajar gak diajar ya otak mahasiswanya
stagnan cuma gitu gitu aja, pisss hehehehe
Tulisan
ini berawal dari sikap teman-teman yang beda-beda memperlakukan ane, ada yang
nyenengin, biasa aja, tetapi ada juga yang supeeerr gak ngenakin karena suka
ngomongin dibelakang *pengin ane cubit pake tas, habis dari aura wajahnya
sudah terbaca, pisss hahahha
Selama
ini, selama lebih dari 60 tahun Indonesia mempunyai semboyan “Bhineka Tunggal
Ika”, yakinkah semboyan itu benar-benar berlaku, bernafas pada hati setiap
masyarakat Indonesia?
Ane
sebagai mahasiswa, sekali lagi ane sebagai mahasiswa benar-benar merasakan itu
sebagai bulsyit, itu hanya tulisan belaka, hanya orang-orang munafik, orang
yang sok bijak yang bisa mengatakan semboyan itu. Hanya teori. Dan pada
faktanya, teori lebih sering melawan fakta dilapang. Indonesia, kita semua,
tidak menyukai perbedaan. Perbedaan adalah pemicu konflik, pemicu perpecahan,
pengundang kebencian, dan penyebab kemiskinan. Loh?
Pembaca
tidak percaya, cobalah perhatikan!
Perbedaan
agama memicu konflik antar umat beragama, dan itu telah sering terjadi
diberbegai wilayah di Indonesia *pembaca bisa cari sendiri contohnya. Perbedaan
pendapat dan pola pikir, memicu terbentuknya kelompok-kelompok pergaulan, dan
tak jarang itu menimbulkan kebencian antar kelompok. Perbedaan status juga
menimbulkan strata (kelas) anatar kelompok masyarakat, dimana disetiap strata
sering kali ada benteng pemisah. Perbedaan demi perbedaan yang ada di Indonesia
tidak membuat Indonesia semakin kuat, tetapi justru semakin lemah.
Perbedaan kepentingan, dan semua perbedaan yang timbul karena perbedaan ideologi meski itu dalam lingkup perorangan, contoh kecil saja jika dalam suatu kelompok ada perbedaan pendapat dan cara berpikir, tak jarang perbedaan itu menimbulkan perpecahan karena kedua belah pihak sama-sama meyakini pikiran mereka yang benar. Dan, meski tidak terjadi perpecahan, tak dapat dipungkiri pasti ada ‘perang dingin’ dalam hati. Apa pembaca menolak pernyataan ini? Ini adalah pengalaman penulis dan hasil analisis terhadap lingkungan.
Perbedaan kepentingan, dan semua perbedaan yang timbul karena perbedaan ideologi meski itu dalam lingkup perorangan, contoh kecil saja jika dalam suatu kelompok ada perbedaan pendapat dan cara berpikir, tak jarang perbedaan itu menimbulkan perpecahan karena kedua belah pihak sama-sama meyakini pikiran mereka yang benar. Dan, meski tidak terjadi perpecahan, tak dapat dipungkiri pasti ada ‘perang dingin’ dalam hati. Apa pembaca menolak pernyataan ini? Ini adalah pengalaman penulis dan hasil analisis terhadap lingkungan.
Menurut saya, perbadaan itu memang
indah tapi hanya dalam lingkup esteteika (seni), tidak dalam hal akhlak dan
ideologi !
Berdasarkan
teorinya sih, kita harus saling toleransi agar terjadi perdamaian antar
perbedaan, dan perbedaan itu bukan cuma dilingkup perbedaan agama, lo gue aja
dah beda masalahnya bro..huhuhuhu
2. Mengapa orang membenci dan menyukaimu?
Sebagai
seorang yang individual ane gak terlalu paham kenapa orang-orang dengan
mudahnya saling membenci, saling memasang muka masam saat bertemu, saling
menjelek-jelekan, saling menyindir apalagi ane juga bukan dari fakultas ilmu
sosial yang sebenarnya sama sekali gak paham ilmu sosial *teorinnya. Tapi ane
pengin mencobanya, mencoba menjelaskan dengan apa yang ane mengerti.
Berdasarkan
pengalaman dan hasil analisis ane (gak tahu valid apa ndk) terhadap lingkungan
ane, ada berbagai alasan kenapa orang membencimu dan menyukaimu, yups tapi yang
paling pasti itu karena PERBEDAAN.
Ini
adalah karakter asli manusia, manusia lebih condong memberikan sesuatu yang
plus plus pada perbedaan, dan jika kamu berbeda kamu pasti akan diperlakukan
berbeda. Perbedaan dapat diartikan sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan atau
norma sosial yang ada. Perbedaan itu ada yang diharapkan dan ada yang tidak
diharapkan, tetapi sesuatu yang benar-benar berbeda dari yang pernah ada tak
pernah terlintas dalam benak siapapun.
Berikut alasan yang ane tahu, dah dipastikan
banyak kekurangannya :
1. Perbedaan yang diharapkan
Kalau yang diaharapkan
tentu saja itu PASTI dalam bentuk prestasi, bukan yang lain. Masalahnya, untuk
memunculkan prestasi yang benar-benar prestasi itu pasti melewati masa dimana
kamu harus menjadi orang yang dibenci dulu, karena prestasi (kreativitas) yg
orisinil pasti tak pernah terlintas dalam benak siapapun, kecuali kalau kamu
berprestasi dalam hal yang sudah umum *dapat juara kelas, pergi keluar negeri
untuk konfrensi, exchange student, itu biasa, kalau itu sih dijamin kamu akan
diterima tanpa penolakan dan akan langsung dieluh-eluhkan sebagai ‘orang keren’
dilingkunganmu.. hehehehehe
Orisinalitas dari
kreativitas pasti memberi efek kejut, dan setiap efek kejut pasti secara
otomatis menimbulkan reaksi penolakan, hingga pada akhirnya diterima sebagai
sesuatu yang baru. Pembaca bisa lihat bagaimana orang-orang genius harus
melewati masa ‘dipandang sebalah mata’ oleh lingkungannya, dan itu tidak dalam
waktu yang singkat. Edison, Eisntein, dan artis-artis ilmu pengetahuan lainnya
adalah pemilik kreativitas yang orisinil.
Kreativitas
yang orisinil pasti melawan kebiasaan, karena ia adalah sesuatu yang awalnya
tidak pernah ada.
2. Perbedaan yang tidak
diharapkan
a. Bertoleransi
Perbedaan ini lebih kepada
perbedaan yang hanya melawan kebiasaan, namun tidak melawan nurani dan sifat
kemanusiaan. Contohnya, pembaca berbeda karena pola pikir yang berbeda, latar
belakang yang berbeda, selera yang berpeda, pola pikir yang berbeda, tujuan
yang berbeda, kepentingan yang berbeda. Perbedaan yang masih ditoleransi ini
sering kali menimbulkan perang dingin antar kelompok. Biasanya ini terjadi karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan atau meruapakan bentuk dari rasa kecewa, sehingga kemungkinan untuk tetap diterima oleh lingkungan masih ada.
Meski demikian, seringkali
orisinalinas kretativitas pasti melewati tahapan ini hingga akhirnya dapat
diterima sebagai seuatu yang baru. Penolakan bertoleransi menjadi proses awal
adaptasi dari orisinalitas kreativitas hingga pada akhirnya diterima oleh
lingkungan atau hilang karena tidak dapat bertahan.
b. Tanpa
toleransi
Dalam hal sesuatu yang
tidak diharapkan dan tidak dapat ditolerir, tentu sesuatu yang baru yang itu secara langsung benar-benar
melawan hati nurani dan sifat kemanusiaan, baik itu karya berupa ide, benda,
maupun hal lainnya. Hal demikian terjadi karena, seberapapun baik buruknya
karakter setiap manusia kita tetap manusia yang pasti memiliki nurani dan sifat
kemanusiaan yang pasti menyukai kebaikan. Setuju setuju setuju ?
Pembaca bisa mencari sendiri contoh
lainnya.
Orisinalitas
kreativitas pada akhirnya tidak akan diterima sebagai sesuatu yang baru, kecuali
jika itu tidak melawan nurani dan sifat kemanusiaan, dan mampu bertahan meski
dalam tempo yang tidak singkat.
Berhubungan dengan tema
diatas, Indonesia sebagai negara berkembang masih memilki banyak permasalahan
terkait ‘kebinekaan’. Hal ini memang potensi besar terkait dengan kreativitas,
tetapi jika tidak dapat dikendalikan tentu menimbulkan dampak buruk berupa
perpecahan yang justru dapat menjatuhkan negara. Terlebih perbedaan yang banyak
muncul bukan dari perbedaan yang diharapkan dan dapat ditoleransi, melainkan
perbedaan yang tidak diharapkan sama sekali yang itu menandakan keterpurukan moral
suatu negara, contohnya kriminalitas, kemiskinan, dsb. Hingga saat ini ‘Bineka
Tunggal Ika’ masih sebuah maskot yang belum benar-benar hidup.
Salam semangat berkarya ~_^

Comments
Post a Comment