Tulisan untuk Maya


Angin yang berhembus kencang masih sigap menerjang pepohonan. Rintik hujan masih setia mengiringi siang yang terbungkus awan. Cuaca diakhir tahun ini memang nampak semakin tak menentu. Ya, aneh menurutku. Diawal musim penghujan, bencana justru datang bertubi menghantam negeriku. Bencana banjir dan longsor yang salah satunya terjadi juga di Jakarta. Gempa Palu Sigi Donggala. Pesawat Lion Air Jatuh. Kekeringan yang melanda beberapa daerah. Sampai yang terkini, erupsinya Anak Gunung Krakatau yang imbasnya berupa tsunami Banten dan Lampung.

Nampaknya alam tengah berusaha melakukan penyeimbangan diri. Cara alam melakukan penyeimbangan nampak sadis, atau mungkin alam mulai bosan mengingatkan, tak menemukan cara yang lebih baik dari bencana ini agar kita sadar. Entah, hanya Tuhan dan alam sendiri yang tahu. Ah, tapi bukan cuaca apalagi bencana yang ingin aku bahas disini. Bukan bukan. Bukan ini. Oke ayo fokus lagi.

Hari ini, sambil menemani Beela bermain,  ditengah dinginnya udara, aku sempatkan menulis ini untukmu. Teman seperjuangan yang sekaligus aku menyebutmu Mbaku. Kamu yang dimana pertemuanku dan kamu mengajariku banyak hal. Kita sering berjumpa dibeberapa kesempatan. Mulai dari part time hingga saling menginap di kos-kosan masing-masing. Banyak hal, banyak cerita, dan kamu mengajari aku apa itu hidup yang sebenarnya.

Pernah aku bertanya padamu di beberapa kesempatan.

"Kenapa Mba begitu serius?"
"Karena hidup itu keras, tis"
"Itu kenapa Mba begitu keras berusaha?"

Wanita didepanku ini hanya membalas dengan senyum penuh makna. Serius.

"Kamu sudah diberi jalan untuk hidup, sedangkan Mba harus membuat jalan sendiri" lanjutnya.

Aku terdiam. Entahlah, wanita yang selalu penuh totalitas ini memang misterius. Pengalaman dalam hidupnya membuatnya selalu mantap dalam mengambil langkah.

"Kamu harus segera urus berkas untuk membuat BPJS kesehatan", ujar wanita berjilbab didepanku ini di kesempatan lain.

Mendengar kalimat itu aku merasa heran. Terlebih dulu aku masih sibuk urus berkas pergantian kependudukan kesana sini. Apalagi aku jarang sekali memakai BPJS kesehatan. Maklum saja, aku termasuk tipe orang yang alhamdulillah tidak mudah sakit.

"Penting ya Mba?", tanyaku kemudian.

Kemudian dia menatapku seperti menatap anak kecil.  Seperti biasanya. Wanita bertubuh kurus ini memang selalu begitu. Meski berbeda satu tahun lebih tua darinya, dimatanya aku adalah adiknya.

"Penting. Ini untuk kebaikan kamu dan anakmu saat waktunya melahirkan nanti".

Ku teguk ludah. Dan aku pun sesegera mungkin mengurus berkas kepindahan kependudukanku, hingga kemudian mengurus BPJSku yang terbaru. Faktanya, beberapa bulan berlalu setelah hari itu, tepatnya saat waktunya aku melahirkan, semua itu memang sangat berguna.

Oke aku tidak akan menulis lebih panjang dari ini. Terlalu banyak dan aku yakin tintaku tak akan cukup. Kita langsung ke bagian akhir saja. Tujuan dari tulisanku ini.

Oke, kini sampailah kita disini, di penghujung tulisanku. Inilah tujuanku menulis sepanjang ini untukmu. Dengan senang hati aku mengucapkan selamat atas perjuanganmu yang akhirnya mencapai titik ini.

"Selamat Mba atas diterimanya kamu dalam seleksi calon pegawai negeri. Semoga ini berkah dan membuat hidupmu jauh lebih bahagia dari sebelum-sebelumnya. Salam sayang dari aku disini". 

Comments

  1. Omaigatttttttttttt Iam speechless, I cant speak anything else, but thanks a lot trust to me be "mbak mu

    ReplyDelete

Post a Comment

Populer Post

Penipuan Panggilan Tes Perusahaan Menggunakan Email dan Agen Travel

Resensi Novel Pesona Izmir

Libur Nasional Covid 19