Sang Pejuang
Siang itu mentari tak begitu terik. Awan pun tak segan memeluk sinar mentari dan melepas pelukannya sesekali. Maklum saja, bulan ini sudah memasuki musim penghujan. Dari balik jendela kaca ku dapati wanita berjilbab berjalan pelan masuk ke rumah. Oh, Mamak baru pulang dari acara arisan.
"Ternyata kamu ada temennya, Beel", celetuk Mamak kemudian, dengan menggunakan nama panggilan Beela, anakku. Suara itu menggodaku untuk mendengarkan cerita Mamak sampai tuntas.
"Maksudnya Mak?", tanyaku.
"Kamu tahu tetangga kita, itu si Danur (bukan nama sebenarnya), dia tandi pinjam uang arisan ibu-ibu, buat uang saku mau tes ke Surabaya katanya", ujar Mamak.
Aku tahu yang dimaksud Mamak tes ke Surabaya adalah mengikuti tes seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil. Beberapa hari yang lalu aku memang banyak membahas tentang tes CPNS ke Mamak. Pengumuman sudah keluar dan aku pun lolos seleksi administrasi. Tapi, aku mantap untuk tidak melanjutkan proses seleksi. Alasannya? Meskipun peluang tahun ini begutu besar, tapi entah kenapa hatiku belum mantap menapak, belum seratus persen yakin dengan CPNS ini.
"Oh ya Mak", balasku singkat.
Hening.
"Tahun ini biar Titis coba usaha yang lain dulu Mak", ujarku kemudian.
Pilihanku memulai usaha dari nol memang bukan pilihan yang mudah. Membangun sebuah usaha sudah barang tentu memerlukan niat, keyakinan, modal dan tekad. Selain itu, faktor keberuntungan pun ikut menjadi peserta aktif didalamnya. Dibandingkan dengan PNS, memang masih kalah nyaman. Penghasilan per bulan, tunjangan, BPJS kesehatan, jaminan hari tua semua itu tidak dimiliki oleh pewirausaha. Penjamin pewirausaha adalah pewirausaha itu sendiri. Berat. Tapi takan ku serahkan pada Dilan (hahaha).
Banyak temanku yang juga mencoba peruntungan CPNS. Beberapa ada yang lolos hingga tahap akhir. Tak dapat dipungkiri, aku masih manusia biasa. Terkadang aku menoleh kebelakang, tetapi buru-buru ku putar kepala untuk menatap kedepan kembali. Kondisi ekonomi yang masih belum stabil memang membuat suasana hati terkadang labil. Terlebih, status sosial PNS masih tinggi dimata masyarakat, serta keluarga besarku sendiri yang bangga apabila ada keluarganya yang menjadi PNS. Harus diakui, pikiran negatif memang lebih mudah menjalar dibanding pikiran positif. Tetapi, tak lama setelah pikiran negatif ini menjalar, lirih dengan jelas aku mendengar suara. Suara yang selalu datang tanpa aku undang.
Banyak temanku yang juga mencoba peruntungan CPNS. Beberapa ada yang lolos hingga tahap akhir. Tak dapat dipungkiri, aku masih manusia biasa. Terkadang aku menoleh kebelakang, tetapi buru-buru ku putar kepala untuk menatap kedepan kembali. Kondisi ekonomi yang masih belum stabil memang membuat suasana hati terkadang labil. Terlebih, status sosial PNS masih tinggi dimata masyarakat, serta keluarga besarku sendiri yang bangga apabila ada keluarganya yang menjadi PNS. Harus diakui, pikiran negatif memang lebih mudah menjalar dibanding pikiran positif. Tetapi, tak lama setelah pikiran negatif ini menjalar, lirih dengan jelas aku mendengar suara. Suara yang selalu datang tanpa aku undang.
"Jika kamu tidak menemukan kebahagiaan dengan jalanmu sekarang, kamu boleh menyesali pilihanmu dimasa lalu. Tetapi, berjuanglah hingga titik darah penghabisan. Jangan biarkan penyesalan itu datang. Jangan biarkan dirimu berkata pada anakmu bahwa menjadi pewirausaha dari nol itu berat. Jadi PNS saja, enak. Gajinya besar, dapat tunjangan, BPJS Kesehatan, dan jaminan hari tua. Padahal kamu belum pernah memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh. Ingatkan kamu bahwa Khadijah dan Rasulullah itu adalah pewirausaha sukses? Beri dirimu batas waktu, dan jika kamu tidak mampu sukses dengan wirausaha dalam batas waktu yang kamu buat, kamu boleh menjadi karyawan kembali, dan kalau mau, kejar PNS sampai mati !!!", gumam suara itu.
Ku cari sumber suara. Tak ku temukan. Hingga aku menyadari bahwa suara itu bersumber dari hatiku sendiri. Aku tahu PNS bukan pekerjaan haram, tetapi keinginanku untuk kaya dari wirausaha jauh lebih besar. Bismillah, semoga Allah SWT Ridho atas pilihanku ini. Aamiin Ya Rabbal'almin.

terkadang hal yang menguntungkan akan datang pada saat yang sudah ditentukan
ReplyDeleteBetul sekali kak. Saat hati kita belum terbuka untuk mengejar hal lain, berarti ada kelas belajar yang belum usai
Delete