Posts

Showing posts from 2020

Sembunyi

Image
  (ilustrasi foto google) Aku sasaranmu.. Bersembunyi disini.. Darimu.. Bak pencuri.. Mengintai situasi.. Membaca kondisi.. Lalu eksekusi.. Bak perampok.. Buronan polisi.. Sembunyi.. Aku sasaranmu.. Butuh sedikit waktu.. Sendiri.. Bukan untuk lari.. Sekedar kumpulkan energi.. Sebab.. Jika tak disini.. Kau pasti habisi.. Lalu mati..

Berteduh

Image
(ilustrasi foto google.com) Berjalan di jalan yang tak ramai.. Namun, tak pula sepi.. Angin berhembus lembut.. Menyapu sekujur tubuh.. Aku melihatmu memakai syal.. Lengkap dengan jaket tebal.. Nampak kedinginan.. Angin yang datang tanpa permisi.. Terasa menyejukan.. Namun, melukaimu.. Gerimis mulai menyambut.. Aku menyukainya.. Tapi, melukaimu.. Berteduhlah, pergilah kesana.. Kerumah itu.. Didekatmu.. Disampingmu.. Kan kamu temukan kehangatan.. Keamanan, keteduhan.. Sesuatu tidak kamu dapatkan.. Dalam perjalanan liarku..

100% Cinta

Image
Hari sudah malam. Arloji di dinding menunjukan pukul 19.24 WIB. Ini sudah waktunya Beela tidur. Kuperhatikan anak itu masih asyik bermain dan bercanda riang dengan ayahnya.  "Beela, ke kamar sayang. Mama mau bobok." ujarku sambil berjalan menuju kamar disusul suamiku.  "Iya Beel, Bapak juga mau bobok," ujar suamiku kemudian.  "Ah ... ayo Pak," cletuknya sambil berlari mendahului kami kekamar diiringi tawa renyah.  Aku lihat anakku sudah berbaring ditempat biasanya ia tidur. Aku pun menghampirinya. Begitupun suamiku.  "Beela, Mama mau ngomong. Beela dengerin ya," ujarku sambil mengelus lembut rambutnya.  "Hu'um," jawabnya sambil menatap mataku, nampak memperhatikan.  "Besok Mama mau berangkat kerja. Cari uang buat beli jajan Beela. Beela dirumah ya, sama Bapak, sama Kakung, sama Uti. " "Hu'um," jawabnya seolah memahami ucapanku.  "Beela dirumah jangan rewel ya. " "Ola (ora) lewel (rewel). "...

Harapan

Image
Mencari.. Namun tak temui. Berjalan.. Namun tak temukan. Mengalir.. Namun tanpa muara. Berpijar.. Namun tak henti. Bercahaya.. Namun tak redup. Berapi.. Namun membakar. Tajam.. Namun menusuk. Bersuara.. Namun memekik. Gelap, sakit, lara.. Bak keniscayaan Bagi jiwa yang berharap.. Akan kebahagiaan.

Resesi Ekonomi

Image
Resesi ekonomi Kemiskinan.. Kamu telah tiba.. Tahukah kamu? Bahwa semua kini terasa gelap Setiap jalan nampak buntu Harapan nampak sekedar khayal belaka Sesungguhnya.. Kami telah menangis bahkan sebelum kedatanganmu Karena bayanganmu ada bahkan sebelum kamu benar-benar tiba Kini hadirmu tak membuat semua menjadi lebih baik.. Tak nampak air mata dipelupuk ini.. Tetapi, apa kamu mendengar hati ? Dengarkanlah !! Dalam diam... Hati menjerit teramat kencang Memekik tak tertahan Jika suaranya mampu kau dengar.. Mungkin bukan cuma kamu.. Tetapi, duniapun bisa hancur dalam satu ketukan.. Bernama jeritan Kedatanganmu.. Kami harus berpuasa Menahan diri.. Mengurangi intensitas makan.. Bahkan jika perlu mengurangi intensitas hidup.. Kamu sungguh mengerikan dimata kami. Jika masih mungkin oh Tuhan Kami ingin mencari jalan pulang Kami ingin pulang !! Jika masih mungkin.. Kami ingin hidup dengan cara yang lebih baik..

Libur Nasional Covid 19

Image
Sibuk Kami memang sibuk Kami sibuk mengais rizki Bekerja keras Melakukan jual beli Berpindah kesana kemari Menelan harapan demi harapan Otakku memang matrealis Sibuk Memang sibuk Pergi pagi pulang malam Lembur tanpa libur Hari libur tak cukup menghibur Aku tahu tubuh ini perlu tidur Covid 19 Kamu lebih horor dari jailangkung Lebih menakutkan dari kemiskinan Kamu menggoncang hati yang tadinya hampir mati Membuka mata yang tertidur lama.. Terimakasih telah menyadarkanku Anakku perlu pelukan Istriku perlu kecupan Ibu Bapak perlu rangkulan Kawan lama perlu sapaan Segalanya memang perlu uang Tetapi, keluarga adalah harta yang paling mahal Libur Covid 19, hari keluarga nasional Hari libur bagi raga yang kurang tidur Juga hari tobat bagi mereka yang banyak maksiat, ups Dirumah saja

Cabang Penghabisan

Image
Aku tersesat Dunia ini terasa liar dan membingungkan Kutemui banyak jalan penuh cabang Aku ambil cabang pertama Ada buaya Ku ambil cabang kedua Ada anjing Cabang ketiga Ada kobra Cabang keempat Ada singa Semua cabang sama liarnya Menyedihkan Tersisa cabang terahkir Cabang penghabisan Aku tak tau disana Adakah kehidupan Atau Kematian Apakah aku akan tetap hidup? Ataukah melebur bersama lelahnya berjuang.. Serta sakitnya kehancuran

Gila Belanja

Image
Mentari bersinar sempurna. Udara pun terasa menyengat kulit. Beberapa bulan terakhir kemarau panjang memang tengah melanda desa ini.  "Tiittt tiiiitt", suara klakson mengagetkan lamunanku.  "Ada paket majalah mba", cletuk pria berseragam jingga didepan rumah. "Oh iya pak, terimakasih" Tak lama, kurir itu pun segera berlalu dari hadapanku.  "Paket apa itu?" "Majalah, Bu" "Belanja mulu, memang punya duit?" Aku tak menjawab.  "Kalau punya uang itu lebih baik disimpan. Ingat, kebutuhan anak kamu juga banyak", sambung ibu.  "Ini majalah buat dijual lagi bu, bukan buat Tari" "Lah kemarin-kemarin itu apa, gombal buat kamu pakai sendiri kan? Nggak usah beli-beli barang bekas terus ri" "Apa to bu, itu kan baju bermerek, sepatu juga bermerek. Cari disini mana ada bu. Sepatu Tari kan ya sudah rusak, perlu ganti." Ibu tak lagi berkomentar. Aku...