Wartawan, Agroteknologi, dan Aku
"Diantara banyak kegagalan, kamu hanya memerlukan satu keberhasilan. Maka, lanjutkan!"
Selain sibuk dengan urusan skripsi, aku sedang mengalami krisis finansial yang parah, masih dalam masa kehilangan yang teramat dalam dengan kepergian Mama, dan aku juga dalam masa memulihkan hati ku sendiri atas sakitnya patah hati *lho cobaan semester ahir meen haha. Aku menyibukan diri dengan pekerjaan yang menjadi hobi ku. Aku masuk ke perusahaan jurnalistik sebagai wartawan. Tepat pada awal semester delapan, tepatnya pada April 2016 lalu, aku resmi menjadi wartawan di sebuah media yang dapat dikatakan cukup dikenal di Solo. Aku bahagia? Jelas. Apa yang membuat seseorang lebih bahagia selain berkerja karena hobi yes.
Berbagai komentar mulai datang dari teman, yang semua komentar itu hampir semuanya positif. Teman-teman melihat ku sebagai anak yang keren, karena belum lulus, aku sudah di terima kerja sebagai wartawan yang meskipun sesuai hobi ku, tetapi itu jauh berbeda dengan jurusan ku. Sedangkan aku sendiri, aku teramat menikmati pekerjaan ku. Dikejar deadline ketat menuntutku untuk selalu tepat. Berita harian menuntut adanya banyak ide yang fresh setiap saat. Jadwal menulis di kantor yang menyita waktu malam ku. Aku benar-benar bahagia dengan pekerjaan ini. Sungguh menantang.
Teman Kerja
Teman kerja yang pro aktif dan ekspresif, kekeluargaan yang hangat, kompak, sangat mengena di hati ku. Sungguh sesuai dengan jiwa muda ku. Sesekali aku turut hadir dalam pesta syukuran, entah syukuran karena ada pewarta foto yang mendapat kejuaraan lomba, menikah, melahirkan, buka puasa, atau hanya sekedar berkumpul bersama. Huh..aku benar-benar menikmati saat bersama mereka. Ini yang membuat ku sering rindu hingga kini. Dari sini, aku mengenal hampir semua wartawan baik media lokal maupun nasional, baik media cetak, online, maupun elektronik yang bertugas di Solo.
Lapangan Gresrut
Aku di tugaskan di Gresrut dan Kriminal. Desk ini membuatku mengenal jajaran kepolisian dan jajaran pemerintah setempat. Sesekali, aku pun di tugaskan di bisang seni budaya, membuat ku mendapat hiburan gratis atau bahkan di bayar. Membuat ku bertemu dengan beberapa artis di Indonesia dengan mudahnya, seperti Rafi Ahmad, Tulus, atau bahkan Yuni Shara *tapi aku tak suka haha. Bahkan, bertemu dengan presiden pun mudah saja.
(Liputan Ultah Alfamart dengan bintang tamu Raffi Ahmad)
Dari semua liputan yang pernah aku lakukan, aku sangat menyukai liputan investigasi, karena liputan yang lain bagi ku terasa sudah teragenda semua. Liputan investigasi ini, yang justru membuat setiap tatapan narasumber menjadi begitu tidak enak terasa. Investigasi selalu berhubungan dengan hal-hal negatif, padahal setiap pejabat pasti hanya ingin di beritakan yang baik-baik saja. Aku sering sekali kena semprot kepala dinas karena berita ku tidak enak di baca. Aku cukup sering menulis tentang pungli yang terjadi di masyarakat. Seringnya aku menulis tentang pungli, membuat narasumber yang ingin aku wawancara sering banget ogah-ogahan aku wawancara, meskipun yang ingin aku tanyakan bukan lagi tentang pungli. *huh.
Gaji dan Waktu Libur
Gaji wartawan terbilang kecil. Masih sebatas UMR setempat. Tergantung kebijakan medianya, tetapi umumnya segitu. Itu gaji sudah termasuk makan dan bensin lho. Coba kamu bayangin, gaji segitu udah untuk makan dan bensin, padahal sehari bisa lebih dari tiga agenda yang harus di liput dan bisa jadi tempatnya berjauhan huh. Selain itu, waktu libur biasanya cuma satu kali seminggu (wajar saja dong kalau kite masih belum bisa independen dari angpo hehehe). Tidak libur pada tanggal merah, termasuk hari raya. Buseet kaan hmmm.
Bonus
Dalam keadaan krisis finansial gini, banyak wartawan yang masih menerima angpo alias belum bisa independen, contohnye ane hehe. Pernah dulu dapet tas, dapet makan (yang selalu enak haha), dapet uang dari narasumber. Ngomongnya sih buat transpot. Ah, wong butuh ya tek terima aja hmm. Gak tau nih, ini halal apa gak hmmm (lagi). Kamu tidak punya SIM? Kamu aman, kartu pers mu itu lah SIM mu haha.
Profesi sebagai wartawan lebih fokus di jalanan, maka resiko kecelakaan lalulintas pun besar pula. Selama menjadi wartawan, aku pernah mengalami satu kali di tabrak motor, satu kali jari kaki di injak roda mobil. Teman ku ada yang lebih parah, deadline liputan yang menguras energi, membuat teman ku harus rela kehilangan jabang bayi yang tengah di kandungnya, teman ku ke guguran. Teman di gebugin pendemo, kaki di tlindas gerbang yang di tutup tiba-tiba. Banyak kisah baik dari aku dan teman-teman pewarta lainnnya. Parahnya, waktu itu aku belum dapat BPJS. Dusss nann too...hmmm.
Hingga pada suatu hari, aku yang dapat di katakan jarang banget sakit, merasa tidak enak badan. Ini hal yang luar biasa, hingga aku pun sadar ternyata aku masih manusia biasa, dan hampir berada di ambang batas kemapuan ku sendiri dalam beraktivitas setiap harinya. Aku mulai beraktivitas sekitar jam 08.00 WIB, dan selesai sampai ke pengetikan ahir pukul 20.00 WIB, parahnya, kalau tulisan ku sedang melebihi target, aku bisa pulang pukul 23.00 WIB, dan sayangnya ini yang lebih sering terjadi padaku, huh. Perlu di ketahui aku tidak pernah merasa kelelahan..hingga sakit menyadarkan ku. Aku baru sadar kalau aku terlalu bersemangat hingga kurang tidur..dan drop..duuh nian.
Intinya, jadi wartwan itu nyenengin dah..hingga tibalah saatnya kita berpisah *lho. Aku wisuda. Aku berada dalam kegalauan harus melanjutkan pekerjaan ini atau tidak. Aku mulai galau, mulai tertekan oleh keadaan ku sendiri. Meskipun aku bahagia, disisi lain aku tak pernah bisa menabung dari hasil kerja ku. Tekanan dari kantor juga semakin besar. Aku yang mudah bosan, di tuntut untuk berada di kantor hingga tulisan ku bagus dan di kirim sesuai deadline. Sudah tiga bulan setiap malam aku menulis di kantor, saat kondisi ku sedang butuh piknik, aku harus di landa rutinitas masuk kantor yang membuat ku jengah. Aku merasa sebentar lagi gila. Dan keadaan ini, membuat ku merasa terancam. Hingga aku memutusakan, untuk keluar dari pekerjaan. Dan memilih, mencari pekerjaan sesuai jurusan ku, Agroteknologi.
Apakah aku rindu? Aku jelas merindukan semuanya. Tetapi aku tahu, mungkin tantangan diluar sana jauh lebih sesuai untuk ku. Meskiupun demikian, aku tidak benar-benar pergi, karena masih ada sisa kemungkinan aku ingin kembali.
Tentang Agroteknologi
Jurusan yang bernaung di bawah Fakultas Pertanian ini, memang sulit mencari lapangan kerja yang sesuai terlebih jika posisi kita di kota. Memang, pekerjaan ini juga berbasis pada kerja lapang yang lagi-lagi kurang sesuai untuk wanita. Ini adalah sebuah tantangan lagi..dan aku akan terus berusaha mencari profesi yang terbaik yang telah Alloh sediakan untuk ku di bumi. Ku pastikan aku akan menemukannya, cepat atau lambat. Bismillah.
(Yudisium Fakultas Pertanian Sept' 2016, UNS)


Comments
Post a Comment