Cinta Terlarang

"Ngapain sih, kamu lebay tahu gak."

Kata-kata itu terlontar dari mulutnya. Mulut yang bagiku dulu nampak manis.

"Aku mencintai kamu."

"Cinta.. nggak usah bilang cinta kalau kamu sendiri nggak terima perasaan itu. Kamu bahkan tidak bisa menerima kondisiku."

Aku terdiam.

"Apa kamu tidak mencintaiku?"

Dia membalikan tubuhnya. Berjalan kearahku. Ia berhenti didepanku. Mata kita saling bertemu.

"Buat apa? Kita tidak akan bersama kan ? Meskipun aku sudah menjadi lebih baik, itu tidak mungkin kan?"

Ia berbicara dengan suara yang lirih. Tapi lirih suaranya mampu membuat hatiku yang sudah terluka terasa disiram air garam. Perih.

Kami saling menatap. Ia menggerling. Aku sungguh ingin memeluknya. Tapi tak mungkin. Pria dihadapanku ini seorang pemabok dan bandar narkoba.

"Pergi dan jangan pernah hubungi aku lagi!", pintanya.

Aku menangis. Dia tak menggubris.

Tak lama kemudian, gerimis datang. Lalu berubah menjadi hujan. Dia pergi, menjauh. Menghilang ditelan hujan yang semakin lebat. Meninggalkanku.

Cinta ini beracun, membuatku sakit. Aku sakit mencintainya. Aku memang harus kehilangan dia untuk mencintai diriku sendiri.

Terkadang aku bertanya pada Tuhan, kenapa kita tidak bisa bersatu sekalipun kita saling mencintai.

Dimata Tuhan, kecintaan terhadap diri-Nya adalah nomor satu. Cintailah orang yang mencintai-Ku, kata-Nya. Agar kamu bahagia. Harapan terhadap manusia hanya akan membuatmu sakit yang semakin sakit.

Perlahan aku menghapus jejaknya. Menghapus kontaknya dari handphone. Belajar menghapus dia dari memori kehidupanku. Mungkin akan sakit dan berat diawal. Tapi aku meyakini, cepat atau lambat, melalui waktu, Tuhan akan membuat rasa ini menjadi tawar.

Aku tidak mungkin melupakan dia, seperti tak mungkin aku lupa dengan kawan baik. Tapi sangat mungkin rasa ini berubah menjadi tawar.

Berbeda jika aku memilih bertahan, bisa jadi kini aku tenggelam dan semakin tenggelam, larut dalam rasa sakit yang sama. 

Comments

Populer Post

Penipuan Panggilan Tes Perusahaan Menggunakan Email dan Agen Travel

Resensi Novel Pesona Izmir

Libur Nasional Covid 19