Summer School Kasetsart University Thailand
Summer School Programs Geograpic Information System
Kasetsart University Chalermphrakiat Sakon Nakhon Province Campus Thailand
Kasetsart
University Thailand, the best agriculture campus in ASEAN !! Yeahh, akhirnya setelah berusaha begitu kerasnya impian pertama ane untuk menginjak
Thailand, menginjak Kasetsart University terwujud. Berkerja begitu keras? Emang
kerja keras apaan, nguli? Ikut kursus bahasa inggris dimana-mana sampai jual
tanah ? Sudah sudah, dimulai saja ya ceritanya biar gak anu anu hehehehe.
Ane tuh dah lama punya impian untuk bisa go International. Sejak lama, sejak SMA kayaknya. Sejak senior ane di SMA untuk pertama kalinya berhasil ke Rusia untuk presentasi hasil penelitiannya. Dalam hati, ada rasa pengin. Tapi, melihat siapa ane jadi berpikir ulang deh, kayaknya itu rada rada mustahal. Gak biasa ngomong pake bahasa inggris, cas cis cus gitu kayak bule ane. Terlebih tak ada dukungan dari guru ane waktu SMA.
Keinget banget, alasan kenapa ane menginginkan Thailand dengan optimisme yang kian menggelembung bak balon yang mau meletus. Itu terjadi sejak ane sering membaca tulisan-tulisan yang memotivasi, film-film yang menginspirasi, serta teman-teman online international. Terutama oleh filmnya Top Ittipat dengan bisnis suksesnya bersama 7 eleven. Alasan lainnya, ya karena ane berteman online dengan orang-orang Thailand juga waktu itu. Teman-teman online ane selain dari Thailand juga ada dari berbagai belahan dunia, mulai dari Jerman, Amerika, Australia, Jepang, Thailand, hingga India.
Baca juga : Wartawan, Agroteknologi, dan Aku
Rasa
kesal ane pada saat kuliah juga menjadi alasan teramat kuat. Ketika ane
bertanya, kenapa pertanian kita tidak
lebih maju dari Thailand? Lalu dengan tanpa dasar apapun yang dapat
dipertanggung jawabkan teman-teman menjawab, karena
sumber daya manusia kita lebih rendah, katanya. Pada saat itu ane teramat kesal bin sakit hati. Kenapa kita tidak ada sedikitpun rasa untuk menghargai, rasa bangga pada negeri
sendiri, rasa percaya diri. Sehingga kita selalu menganggap rendah bangsa
sendiri.
Pada saat itu betapa kesalnya aku, betapa aku ingin suatu hari aku
buktikan omong kosong itu salah. Apalagi ketika melihat para dosen-dosen selalu membanding-bandingkan
bangsa kita dengan bangsa lain dengan nada ‘melecehkan dan merendahkan bangsa
sendiri’. Dalam hati ane berteriak teramat kenceng, sebegitu bodohkah dan sebegitu rendahkah kita dimata bangsa-bangsa
dunia?
Maka dimulailah petualangan ane. Fakultas ane, Fakultas
Pertanian jurusan Agroteknologi, Universitas Sebelas Maret mempunyai kelas
International yang memang hanya ditujukan untuk jurusan ane, Agroteknologi. Dengan motivasi yang tiba-tiba muncul diatas, aku komunikasikan dengan dekan, akhirnya aku diloloskan untuk
bergabung dengan kelas International. Hingga kemudian hari, setelah sekian
bulan makan kelas international, seleksi wawancarapun diadakan yang akan
menjadi inti seleksi untuk exchange.
Baca juga : Fotografer Dadakan Gara-Gara Sheila On 7
Ya, diseleksi wawancara inilah seumur
hidup, ya sungguh baru seumur hidup untuk pertama kalinya ane berbicara
menggunakan bahasa inggris secara sungguh-sungguh dan spontan. Gugup? Gila,
hanya orang pingsan yang gak gugup dengan kejadian kayak gini. Ane terbiasa komunikasi dengan teman-teman international lewat tulisan. Buat speaking ane masih bisa oke. Tapi, secara listening ane terbilang lemah. Sejak mengetahui adanya peluang untuk bisa go international, ane mulai mengkoleksi lagu dan nonton film berbahasa inggris untuk melatih listening dan sampai sekarang mendarah daging menjadi hobi. But well, aku
berusaha tenang. Berusaha menjawab dengan jawaban yang dapat menjadi alasan
aku bisa lolos. Daaaannn, esok harinya pengumuman sudah dipasang dipapan pengumuman.
Dan, Dooooorrrrrrr, dengan berbagai kerja kerasku yang tidak bisa aku tulis
disini, namaku tidak terpampang dipapan pengumuman itu.
Pada saat itu, aku merasa energiku telah habis. Kehadiranku di kelas International tidak berguna apa-apa. Usahaku yang begitu berani bernilai zero. Dan aku telah gagal mendapatkan jalan untuk mencari tahu yang ingin aku tahu. Ya, semua terasa sudah pada akhir, dan hasil akhirnya adalah kegagalan. Tetapi, aku berusaha mencari tahu dan bertanya pada juri, alasan apa yang membuatku tidak pantas untuk lolos. Karena berbagai pertimbangan yang tidak dapat aku ceritakan disini juga, akupun ikhlas. Mungkin memang ini bukan jalanku dan mungkin ada jalan lebih baik bagiku.
Pada saat itu, aku merasa energiku telah habis. Kehadiranku di kelas International tidak berguna apa-apa. Usahaku yang begitu berani bernilai zero. Dan aku telah gagal mendapatkan jalan untuk mencari tahu yang ingin aku tahu. Ya, semua terasa sudah pada akhir, dan hasil akhirnya adalah kegagalan. Tetapi, aku berusaha mencari tahu dan bertanya pada juri, alasan apa yang membuatku tidak pantas untuk lolos. Karena berbagai pertimbangan yang tidak dapat aku ceritakan disini juga, akupun ikhlas. Mungkin memang ini bukan jalanku dan mungkin ada jalan lebih baik bagiku.
(International class, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University)
Akupun kembali beraktivitas seperti biasa. Meski demikian aku belum menyerah. Rasa ingin tahuku begitu besar dan aku tahu perasaan seperti ini akan terus menghantuiku jika aku tidak segera mendapat jawabannya. Hingga satu bulan kemudian, aku kembali mengikuti seleksi untuk exchange lewat program summer school yang diadakan oleh AIESEC. Ini adalah seleksi menggunakan bahasa inggris yang kedua bagiku. Dengan tanpa persiapan matang, aku beranikan diri untuk berpartisipasi dengan menjadikan Thailand sebagai prioritas targetku.
Baca juga : Manusia Khalifah Bumi
Dan, gilaaa. Aku tetap menargetkan Thailand sebagai tempat tujuanku walaupun dengan tegas panitia menjelaskan tidak ada Thailand di daftar negara yang menjadi lokasi exchange AIESEC tahun ini. Aku rasa aku telah dibuat gila oleh rasa ingin tahuku sendiri. Dan akhirnyaaa, aku gagal seleksi untuk yang kedua kalinya. Aku dianggap hanya bermain-main saja dalam seleksi yang diadakan oleh AIESEC itu ulaa laa Im feel freee hahahaha. Berakhir. Tamat. Aku
pikir aku memang harus mengakhiri usahaku ini, aku hanya halu saja bisa ikut exchange. Stop stupid Tis, batinku. Yaa, kemudian aku benar-benar
telah melupakan Thailand. Uh Uh, ditolak itu sakitnya disini sambil nunjuk jidat, kaki
ame dompet hahaha.
Hingga tibalah aku pada hari yang damai dan cerah satu minggu kemudian. Gak ada hujan gak ada angin gak ada petir gak ada gempa bumi, aku ketiban durian runtuh langsung dari langit dih lebay hahaha.
Eittttsssss, apaan nih, email apaan nih. Bener bener gak sama sekali ada diotak cupu gua ini email. Aaaaaaa, tiba-tiba email yang ane kirim beberapa minggu yang lalu ke Dekan Kasetsart University dibalas cuy. Bujuk dicinta ulam pun tiba. Tanpa ba bi bu, alhamdulillah, ane langsung diberi rekomendasi untuk mengikuti short-term exchange dengan beasiswa full plus biaya hidup ke Kasetsart University Thailand. Program ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan dengan tema ‘Summer School Programs Geographic Information System’. Dan fix, kalau semua mata kuliah yang nanti dajarkan sebanyak 9 sks bisa ditransfer nilainya kesemua universitas di Asia Tenggara. Mukee gileee, ajaib gak sih bisa segampang ini setelah ane puyeng puyeng
Selain itu, Dekan Kasetsart University meminta ane mengajak satu teman untuk sama-sama mengikuti program exchange ini. Ane umumkan dong kabar baik ini ke teman-teman di kelas Interational. Dan akhirnya, Via, sahabatku itu yang terpilih untuk ikut bersamaku. Ah, ku pikir ini yang disebut bersakit-sakit dahulu bersenang-senang
kemudian. Dibalik sekian kegagalan kamu pasti akan memperoleh satu kemenangan. Meski lewat jalan yang kadang tidak bisa diduga sebelumnya.
Baca juga : Seandainya Aku Pro PNS
Apa setelah itu semua berakhir? Gaaak, karena transportasi menuju ke Thailand menggunakan biaya sendiri. Justru ini nih dimulainya perjuangan ane yang bener-bener mati-matian untuk menarik seponsor. Secara ya, ane bukan dari keluarga kaya. Sekolah dan kuliah saja modal beasiswa tok. Terlebih, ane memilih lepas dari organisasi yang banyak berhubungan dengan sponsor. Fokus sebatas organisasi Pers kampus saja.
Tapi,
yang perlu dicatet nih, penting banget buat kita yang pengin go
International. Walaupun bukan anak
organisasi dan bukan anak yang suka bolak balik go International, penting buat kita untuk menjalin hubungan baik dengan anak organisasi dan anak-anak
berprestasi. Karena pengalaman mereka akan teramat sangat membantu. Selain
itu, kita juga harus jalin hubungan baik dengan petinggi-petinggi kampus. Karena eh karena peran mereka sangat penting untuk memperlancar pencairan dana sponsor. Ada lagi nih yang perlu kamu siapin, siapin mental untuk segala resiko karena bukan tidak mungkin
instansi yang kamu targetkan akan menolak mendanai proposal kamu dengan
sikap sadis. Udah, semoga sukses ajah!
(Jet
Star Maskapai, Changi Airport, Singapore)
Yupss, tepat tanggal 13
Juli 2014. Berkat bantuan para sponsor dan teman seperjuanganku yang super kece
dan baik hati, Via. Untuk pertama kalinya seumur hidupku, aku melihat bandara, naik pesawat, dan berada diatas awan brrrr, katrok abis wkwk. Untuk pertama kalinya, aku tahu kalau
bandara itu tidak beda jauh dengan mall yang sering aku kunjungi. Terutama makannanya
yang mahal badai hehehehe. Aku sangat ketakutan ketika pesawat sedang landing,
berasa mau jatuh dari langit hahahaha.
Yang perlu kamu-kamu
perhatiakn kalau naik pesawat, terutama pemula, baca petunjuk dan dengarkan
instruksi pramugari, apapun itu. Dipesawat ada banyak petunjuk penggunaan
alat-alat, baik sedang dalam keadaan aman maupun darurat. Pramugari sekali-kali
akan berbicara untuk mengingatkan kamu. Patuhi aturan. Pada saat pesawat
landing pastikan sabuk sudah terpasang dan HP dalam keadaan mati. HP menyala saat didalam pesawat itu berbahaya. Jangan karena ketidaktaatan satu orang, kemudian banyak orang menjadi korban, apalagi korban kamu udah pada tahu kalee neng, oh ya udah hahaha.
(pemandangan awan)
Untuk pertama kalinya, aku dapat melihat dengan mata ane yang imut ini kalau awan putih yang sering
kita pandangi dilangit itu ternyata
tidak beda jauh dengan lautan gumpalan es raksasa. Dan seumur hidup, untuk
pertama kalinya ane memakai toilet on-off otomatis di bandara badalah, maklum gak pernah nginep di hotel haha. Apalagi di Changi Airport, disana tidak tersedia air
untuk cebok kecuali pakai tissue. Wuidiiiiihhh, gilaaaa, ane berusaha menahan satu hari gak pipis ame pup selama transit di Changi Airport. Yaaa, bisa ditebak dong kenapa? Yupppp
betullll beeet, ane gak tahu cara pakai tuh toilet. Apalagi cebok pakai tissue, aduuuhhh gak bisa bayangin ane hahaha. Yaaa, jangankan toilet canggih kek gitu, toilet jongkok aja ane kagak punya hahahaha yah, ketahuan deh kalau
pupnyee biasa di empang hahahaha.
Dari gambaran diatas bisa ditebak ya, kalau aneyang imut ini super duper polos dan katrok sambil tepok jidat ame dengkul wkwkwk. Alhamdulillah banget partner ane tuh, Via, kece banget persiapan travelingnya. De'e sudah mencari informasi sana sini terkait bandara dan seputar perjalanan yang akan kita lewati. Setidaknya, sebelumnya dia sudah pernah
punya pengalaman dengan bandara. Jadi aman deh, ane ada guide. Kalau tidak, wuiiihhhh, bisa salah menelusup ane, nyasar, ilang bisa jadi hahaha duh ampuni ke katrokan ku ya Allah pliss haha.
Dari gambaran diatas bisa ditebak ya, kalau ane
(Bangkok dari atas awan)
Thailand. Yups,
langsung saja kesini. Meskipun sebelumnya terlebih dahulu ane mampir Singapura. Tapi terlalu sederhana untuk diceritakan, karena ane hanya numpang tidur di Changi
Airport berasa jadi glandangan international semalam hahahha. Yah,
dimulailah inti ceritanya. Brrrrrrrrr, sampailah ane diatas awan Thailand. Hal yang
bikin ane terkejut sekaligus terpesona, negera ini terlihat lebih hijau
dari balik awan. Entah itu hijau aslinya tanaman sawah atau hutan deh. Sampai di Bandara Thailand, ane dan Via dijemput ame Dr Oh (Lectur of Agro-Biodiversity) dan Honey (Thai student).
(Changi
Airport, Singapore)
Kesan pertama
ketika pertama kali menginjak negeri ini, negeri yang sempat teramat aku kagumi
adalah bahwa negeri ini, tata kota ibu kotanya, Bangkok, itu tidak beda jauh
ame Jakarta. Termasuk udaranya yang panas dan jalannya yang macet. Ane gak begitu
paham kenapa banyak orang menyukai ibu kota ini sebagai tempat tujuan untuk
liburan. Kalau ane sendiri sih jujur biasa aja, karena ane tidak menjelajah semua tempat wisata disini, kecuali
Asiatique gak punya duit buat piknik cuy hahahaha.
(Asiatique, Bangkok, Thailand)
(7 eleven, Thailand)
Walaupun ceritanya masih bersambung, ane pengin berbagi kata bijak yang menjadi prinsip ane dan selalu ane alami. Ketika kita mempunyai impian dengan niat yang mulia, ada kekuatan yang terbendung, kekuatan yang amat dahsyat. Dari pengalaman-pengalamanku, alam semesta tidak hanya siap membantu. Tetapi, semesta juga akan berkonspirasi mewujudkan impian itu. Kita hanya butuh sedikit keikhlasan dan telinga yang peka untuk mendengar setiap arahan pesan dari semesta. Kata-kata ini murni dari ane secara pribadi. Sekaligus juga bentuk kristalisasi tulisan Christine Horner dalam buku terjemahan Chicken Soup for The Soul.
(Ane dan Via)
Lanjut Baca : Heaven Rainbow in Thailand
Ucapan Terimakasih
Trimaksih untuk para sponsor ane, Mamaku tersayang untuk doa dan perjungannya, Thai Goverment, Kasetsart University, Universitas Sebelas Maret, BNI, BAZ Kab. Banjarnegara, BMT Atunnisa Palur (Solo Karanganyar), Kemendiknas Kab. Banjarnegara, serta Via Liesdiana untuk segala bantuan dan kerjasamanya. I love you.








Jadi makin pengen pergi ke sana. š
ReplyDeleteSemangat berjuang jangan menyerah mba tri murti :-)
Delete