Uang dan Persaudaraan
(Foto diambil dari google)
Semangat pagi pembaca Soul Flowers. Pada tulisan kali ini mimin ingin menulis pemikiran mimin terkait interaksi sosial manusia yaitu P-E-R-S-A-U-D-A-R-A-A-N. Tulisan ini murni hasil pemikiran mimin secara pribadi. Pemikiran ini muncul berangkat dari keresahan hati mimin melihat kondisi sosial kemanusiaan kita yang semakin kacau ditengah pandemi ini. Oke, langsung cusss !
Pandemi menciptakan keresahan ditengah masyarakat. Kesenjangan ekonomi ditengah pandemi ini semakin nampak jelas. Usaha yang gulung tikar, pemasukan yang terus berkurang, hutang yang menggunung karena rentenir, pemotongan gaji dan PHK, lowongan kerja yang sulit ditembus, dll. Disisi lain, siapapun ingin sehat, tetapi ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Kondisi yang keruh ini semakin diperpanas dengan kelakukan oknum pemerintah yang tidak berprikemanusiaan. Korupsi bansos, pemotongan dana bantuan oleh oknum perangkat vaksin rakyat lambat banget. Terlebih, angka korban pandemi terus naik. Krisis kesehatan dan kepercayaan terhadap pemerintah semakin menjadi-jadi. Hal ini membuat semua orang ingin mengamankan diri dan keluarganya dari berbagai kehedonan kedzaliman dibumi hmmmm. Orang yang kaya semakin kaya memilih untuk diam saja dirumah. Orang yang miskin nekad bertaruh nyawa demi untuk mempertahankan hidup diluar sana sampai memilih jadi begal.
Baca juga : Pemikiran Sang Individualis
Jika berpikir dari sisi si kaya, jelas merasa lebih aman. Asuransi kesehatan, pasif income, tabungan, harta benda, aku masih memilikinya. Aku berpikir bahwa semua itu bisa menolongku misal nanti aku sakit amit amit Ya Allah, nangudzubillahimindzalikh. Memberikan pada si miskin tentu akan mengurangi hartaku. Tidak ada inisiatif untuk saling menolong dengan sesama. Tidak ada untungnya untukku. Padahal, andaikan semua orang yang merasa mampu memiliki rasa peka dan berinisiatif untuk saling tolong menolong mungkin dunia tidak akan menjadi semenyakitkan sekarang hehehehehe.
Tetapi, jika dilihat dari sisi si miskin, aku tak punya pilihan. Aku butuh makan, gak ada kerjaan, gak boleh keluar rumah, gak ada modal, tak ada yang membantu. Aku perlu makan, keluargaku perlu makan. Aku tak punya pilihan. Aku jelas sakit hati. Sakit hati pada keadaan. Sakit hati pada orang-orang kaya yang memilih diam dan pamer terus. Sakit hati pada pemerintahan yang tak adil. Bisa jadi pada saat itu melakukan kejahatan menjadi sebuah pilihan yang terlintas. Aku percaya pada Tuhan, tetapi fakta ini benar-benar melukai hati.
Baca juga : Galaunya Sang Pengembara
Dengan fakta seperti ini, bisa jadi, si miskin merasa terancam saat menyadari orang lain kaya dan dia justru masih miskin. Si miskin ingin kaya, dia menginginkan kekayaan. Bukan karena ingin pamer. Si miskin ingin kaya bukan karena dia tamak. Tetapi, si miskin menginginkan kekayaan karena dia ingin hidup tenang. Baginya, harta kekayaan adalah jembatan rizki. Dia tahu Allah akan mencukupkan kebutuhannya lewat harta itu. Ketidakadilan dan kesenjangan ekonomi menciptakan sisi traumatik tersendiri didalam jiwanya. Kemudian, dia ingin melindungi orang-orang yang ia cintai dari kezaliman-kezaliman dibumi dengan harta itu.
"Aku ingin hidup sederhana, tetapi bukan karena aku tidak mampu hidup hedon. Bagiku hidup seperti itu adalah salah satu kemenangan besar," tandas si miskin.
Tuhan memberikan rizki gratisan berupa tubuh yang sehat, udara yang bersih, hujan yang mengalir, matahari yang bersinar, serta tumbuhan dan hewan yang bisa dimakan dan menjadi kendaraan. Semua itu harus dilindungi, dijaga, dan dilestarikan. Untuk merawat rizki gratisan dari Tuhan ini manusia perlu saling berkomunikasi, saling berinteraksi, saling menjaga, saling memberi satu sama lain. Saling mencintai dan tolong menolong satu sama lain dalam hal kebaikan. Saling menutupi kekurangan satu sama lain. Si kuat menolong si lemah. Si kaya menolong si miskin. Si pintar menolong si bodoh. Si sehat menolong si sakit. Si kenyang menolong si lapar. Si baik menolong si jahat. Si punya menolong Si tak punya. Si bahagia menolong si sedih. Indah banget kan hidup seperti itu.
Baca juga : Sahabat Jangan Kau Pergi
"Jika semua manusia sadar sepenuhnya akan hal ini, aku rasa alat tukar itu tidak lagi menjadi penting. Sebab semua orang ingin menolong satu sama lain. Sangat indah. Kesenjangan itu tidak akan pernah ada. Sebab kesenjangan itu terjadi disebabkan oleh manusia tanpa nurani. Jika masih ada manusia tanpa nurani ini, maka alat tukar masih diperlukan. Semakin banyak jumlah manusia tanpa nurani dimuka bumi, maka alat tukar itu semakin penting," lanjutku.
Dahulu kala, mungkin semua manusia itu pernah baik semua. Sehingga tidak perlu tukar menukar barang. Tidak perlu barter. Tidak perlu beli. Buat kamu aja udah hehehe. Lalu, kenapa muncul uang? Kenapa muncul alat tukar? Kenapa muncul mampu dan tidak mampu? Kenapa muncul kaya dan miskin? Kenapa muncul untung rugi? Kenapa muncul prinsip ekonomi? Penyebabnya sudah jelas, karena babi muncul dimana-mana. Muncul ketamakan, mucul rasa tidak rela, muncul kesenjangan, muncul permusuhan, muncul rasa diuntungkan dan dirugikan, serta muncul juga orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu terimakasih sambil tepok jidat. Dari perasaan tersebut akhirnya munculah tukar menukar barang (barter) untuk mencapai keikhlasan lahir dan batin. Lalu, berakhir pada munculnya alat tukar (uang). Pada zaman seperti ini, zaman banyaknya babi-babi, alat tukar menjadi salah satu jembatan rizki yang wajib diusahakan siapapun. Sebab, hal yang gratis itu sulit diperoleh maaf bagi yang merasa, tulisan ini tidak bermaksud menyinggung perorangan.
"Aku kasih kamu A, tapi aku minta B. Tidak ada yang gratis, enak saja kamu," kata mereka.
Tapi jangan bersedih. Sebab, Rasulullah SAW juga sudah menjelaskan, bahwa jika kiamat sudah dekat maka kita juga akan sampai ke masa dimana kita akan kesulitan mencari penerima sedekah. Bumi ini akan melewati perjalanan panjang, hingga berbagai tragedi akan menyadarkan manusia. Semua manusia akan mencapai kesadaran bahwa kita semua itu satu kesatuan yang perlu untuk saling tolong menolong. Kesadaran itu membuat semua terbiasa memberi. Sehingga sulit bagi kta menemukan penerima sedekah karena semua orang melakukannya. Dunia berada dalam kondisi paling seimbang. Tetapi, sayangnya pada saat itu kiamat sudah sangat dekat. Jadi, kalau masih ada orang yang dzalim nggosipin kamu, berbahagialah itu artinya kiamat belum dekat-dekat amat wkwkwwk. Lalu, bersedekahlah, mumpung masih banyak yang mau menerima sedekah meskipun sedekahnya cuma senyum sama orang yang gosipin kamu .
Baca juga : Bayang-Bayang
Jadi, jangan bersedih. Hitam dan putih adalah hakikat bumi itu sendiri. Hitam dan putih adalah sejatinya bumi itu sendiri. Mereka satu diatas bumi. Tuhan memerlukan itu sebagai pembeda, pembatas untuk menguji manusia. Supaya jelas terlihat siapa yang dihatinya ada iman atau sebaliknya. Justru, jika bumi itu putih semua, dunia ini tidak akan ada. Begitu pula jika dunia itu hitam semua, dunia juga akan kiamat. Sebab, Tuhan telah menciptakan dua tempat berbeda khusus untuk hitam dan putih, dan itu bukan di bumi. Bumi itu adalah tempat persinggahan, tempat mencari bekal untuk mencapai salah satu tempat si hitam atau si putih berada. Jadi, berbahagialah kalau ada yang jahatin, berarti kita masih hidup dan kita juga orang baiknya duh tapi kok gak enak juga ya jadi orang baik hahahaha.
Tuhan memberikan kita dua tangan, dua kaki, dua telinga, dua mata, satu mulut, dan akal agar mampu memikirkan, membaca petunjuk, lalu berjalan tanpa tersesat. Mangkin, itu kenapa Allah selalu menegaskan bahwa menjalin silaturahmi, bersedekah, puasa, semua itu akan menolong kita di dunia maupun kehidupan setelahnya. Silaturahmi berarti menjaga persaudaraan. Sedekah berarti menjaga persaudaraan. Berpuasa berarti menahan diri untuk makan dan minum serta menjaga diri dari perbuatan tidak baik. Menahan diri tidak makan dan minum berarti memberikan jatah makan dan minum kita kepada orang yang membutuhkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbuat baik itu berarti menjaga persaudaraan. Allah sangat mencintai hamba-Nya yang mau menjaga persaudaraan, menjaga hubungan baik dengan sesamanya. Masyaallah. Bismillah.
Baca juga : Kebohongan Publik
"Bersedekahlah, meski hanya dengan senyum. Sebab, senyum juga adalah sedekah. Lalu, maafkanlah saudaramu bahkan sebelum saudaramu meminta maaf padamu," kata Rasulullah.
Oke, sampailah kita ke akhir tulisan. Sebagai penutup tulisan ini, mimin mau menulis kalimat yang mimin dapat dari guru ngaji mimin waktu mimin masih SD. Beliau mengatakan bahwa Al Qur'an itu ada dua yaitu Al Qur'an tersurat dan Al Qur'an tersirat. Al Qur'an tersurat itu adalah Al Qur'an bentuk buku yang sering kita baca itu. Sedangkan Al Qur'an tersirat itu adalah seluruh alam semsta dan segala isinya. Apa kolerasinya? Baca, dengarkan, dan amati saja semesta ini. Insyaallah, kita akan menemukan Tuhan ada disana. Lalu, bagikan pengetahuanmu jika itu bermanfaat. Bismillah. Semoga tulisan ini bermanfaat ya. (^_^)
Baca juga : Fenomena Dunia

Comments
Post a Comment